Oleh: Al Ustadz Ja’far Shalih
Puasa
selain merupakan ibadah yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga mengandung sekian banyak manfaat yang lain. Dengan berpuasa
seseorang dapat mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya. Dan puasa juga
menjadi perisai dari api neraka. Puasa juga dapat menghapus dosa-dosa
dan memberi syafaat di hari kiamat. Dan puasa juga dapat membangkitkan
rasa solidaritas kemanusiaan, serta manfaat lainnya yang sudah dimaklumi
terkandung pada ibadah yang mulia ini.
Pada bulan Muharram ada satu hari yang dikenal dengan
sebutan hari ‘Asyura. Orang-orang jahiliyah pada masa pra Islam dan
bangsa Yahudi sangat memuliakan hari ini. Hal tersebut karena pada hari
ini Allah Subhanahu wa Ta’ala selamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dari
kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. Bersyukur atas karunia Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, Nabi Musa ‘alaihissalam akhirnya berpuasa
pada hari ini. Tatkala sampai berita ini kepada Nabi kita Shallallahu
‘alaihi wassalam, melalui orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah
beliau bersabda,
فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ
“Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi)”.
Yang
demikian karena pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
sampai di Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah berpuasa pada hari
ini, maka beliau sampaikan sabdanya sebagaimana di atas. Semenjak itu
beliau Saw memerintahkan ummatnya untuk berpuasa, sehingga jadilah puasa
‘Asyura diantara ibadah yang disukai di dalam Islam. Dan ketika itu
puasa Ramadhan belum diwajibkan.
Adalah Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisah ini kepada kita sebagaimana yang terdapat di dalam Shahih Bukhari No 1900,
Adalah Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisah ini kepada kita sebagaimana yang terdapat di dalam Shahih Bukhari No 1900,
قَدِمَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى
اليَهُوْدَ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء فَقَالَ:ماَ هَذَا؟ قَالُوْا هَذَا
يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنْ
عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى
مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
“Tatkala
Nabi Saw datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan
puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya,
“Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik,
pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa
‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam
bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi).
Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk
melakukannya”. (HR Al Bukhari)
Dan dari Aisyah radiyallahu ‘anha, ia mengisahkan,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ
“Dahulu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa di
hari ‘Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang
ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang
ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka”. HR Al Bukhari No 1897
Keutamaan puasa ‘Asyura di dalam Islam.
Di
masa hidupnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam berpuasa di hari
‘Asyura. Kebiasaan ini bahkan sudah dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi
wassalam sejak sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan dan terus
berlangsung sampai akhir hayatnyaShallallahu ‘alaihi wassalam . Al Imam
Al Bukhari (No 1902) dan Al Imam Muslim (No 1132) meriwayatkan di dalam
shahih mereka dari Abdullah bin
Abbas radiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومَ فَضْلِهِ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا
اليَوْمِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهذَا الشَّهْرُ يَعْنِي شَهْرُ رَمَضَانَ
“Aku
tidak pernah mendapati Rasulullah menjaga puasa suatu hari karena
keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu
hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan”.
Hal
ini menandakan akan keutamaan besar yang terkandung pada puasa di hari
ini. Oleh karena itu ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam ditanya
pada satu kesempatan tentang puasa yang paling afdhal setelah Ramadhan,
beliau menjawab bulan Allah Muharram. Dan Al Imam Muslim serta yang
lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةَ، صَلاَةُ اللَّيْلِ
Dan puasa ‘Asyura menggugurkan dosa-dosa setahun yang
lalu. Al Imam Abu Daud meriwayatkan di dalam Sunan-nya dari Abu Qatadah
Ra,
وَصَوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَنَة َالتِيْ قَبْلَهُ
“Dan puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu”.
Hukum Puasa ‘Asyura
Sebagian
ulama salaf menganggap puasa ‘Asyura hukumnya wajib akan tetapi hadits
‘Aisyah di atas menegaskan bahwa kewajibannya telah dihapus dan menjadi
ibadah yang mustahab (sunnah). Dan Al Imam Ibnu Abdilbarr menukil ijma’
ulama bahwa hukumnya adalah mustahab.
Waktu Pelaksanaan Puasa ‘Asyura
Jumhur
ulama dari kalangan salaf dan khalaf berpendapat bahwa hari ‘Asyura
adalah hari ke-10 di bulan Muharram. Di antara mereka adalah Said bin
Musayyib, Al Hasan Al Bashri, Malik, Ahmad, Ishaq dan yang lainnya. Dan
dikalangan ulama kontemporer seperti Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin Rahimahullah. Pada hari inilah Rasullah Saw semasa hidupnya
melaksanakan puasa ‘Asyura. Dan kurang lebih setahun sebelum wafatnya,
beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ
“Jikalau masih ada umurku tahun depan, aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”
Para ulama berpendapat perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam , “…aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”, mengandung kemungkinan beliau ingin memindahkan puasa tanggal 10 ke tanggal 9 Muharram dan beliau ingin menggabungkan keduanya dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura. Tapi ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ternyata wafat sebelum itu maka yang paling selamat adalah puasa pada kedua hari tersebut sekaligus, tanggal 9 dan 10 Muharram..
Dan Al Imam Asy-Syaukani dan Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan puasa ‘Asyura ada tiga tingkatan. Yang pertama puasa di hari ke 10 saja, tingkatan kedua puasa di hari ke 9 dan ke 10 dan tingkatan ketiga puasa di hari 9,10 dan 11.
Wallahua’lam.
Alhamdulillah...me puasa hari nie..
2 comments:
ooo arini ke? thanx utk info ni....
thanx info nie dikk
tapi sedih sbb akak lupe nak pose masa nie huhuh
Post a Comment